Di dunia ini, hampir semua puncak tertinggi sudah pernah diinjak manusia, kecuali satu: Gangkar Puensum. Gunung ini bukan sekadar batu besar yang menjulang tinggi, tapi juga legenda yang tetap kokoh berdiri tanpa jejak kaki manusia di puncaknya. Dengan ketinggian sekitar 7.570 meter, Gangkar Puensum bukan hanya gunung tertinggi di Bhutan, tetapi juga gunung tertinggi di dunia yang belum pernah ditaklukkan.
Tapi jangan salah, bukan berarti orang tidak pernah mencoba. Beberapa ekspedisi pernah mencoba menaklukkan puncaknya, tetapi semua berakhir dengan cerita tentang jalur yang tiba-tiba berubah, cuaca yang tidak bisa diprediksi, atau sekadar perasaan bahwa “gunung ini nggak mau didaki”. Hingga akhirnya, pemerintah Bhutan pada tahun 1994 secara resmi melarang pendakian ke puncak ini karena dianggap sebagai tempat suci. Jadi, kalau kamu punya rencana mau jadi yang pertama mendaki Gangkar Puensum, tahan dulu, bro! Tapi tenang, perjalanan ke gunung ini tetap menjanjikan pengalaman seru, indah, dan penuh petualangan.
Misteri dan Mitos: Gunung Ini Dijaga Roh Penunggu?
Setiap gunung di Bhutan punya kisah spiritualnya sendiri, dan Gangkar Puensum bukan pengecualian. Orang-orang lokal percaya bahwa gunung ini adalah rumah bagi roh penjaga, makhluk mistis yang menjaga keseimbangan alam. Ada yang bilang kalau makhluk ini bisa mengubah jalur trekking, membuat kabut tiba-tiba turun, atau bahkan menyembunyikan jalur pendakian!
Legenda lainnya menyebutkan bahwa beberapa ekspedisi yang mencoba mendaki gunung ini mengalami kejadian aneh. Kompas yang tidak berfungsi, tenda yang tiba-tiba roboh tanpa angin, atau suara-suara aneh yang terdengar di malam hari. Nah, kalau sudah begini, apakah Gangkar Puensum benar-benar tempat tinggal roh para dewa? Atau hanya gunung yang sangat menjaga privasinya?
Trekking ke Base Camp: Jalur yang Nggak Kalah Epic!Walaupun puncaknya tidak bisa didaki, trekking ke Gangkar Puensum Base Camp tetap menjadi pengalaman yang luar biasa. Jalurnya menawarkan pemandangan pegunungan Himalaya yang megah, padang rumput hijau, dan sungai jernih yang mengalir di antara lembah-lembah yang menawan.
Perjalanan biasanya dimulai dari Bumthang, daerah Pandawa77 Demo yang disebut sebagai “jantung spiritual Bhutan”. Dari sini, perjalanan berlanjut melalui jalur trekking yang cukup panjang tetapi sangat memanjakan mata. Bayangkan saja, setiap langkah yang kamu ambil dikelilingi oleh pemandangan yang Instagrammable, dengan udara pegunungan yang segar, dan suara burung-burung khas Himalaya yang berkicau dari kejauhan.
Trekking ini memakan waktu sekitar 8-12 hari, tergantung pada jalur yang dipilih dan seberapa sering kamu berhenti untuk menikmati pemandangan atau sekadar istirahat sambil makan Ema Datshi (hidangan cabai khas Bhutan). Tapi jangan khawatir, pengalaman ini lebih dari sekadar mendaki – ini adalah perjalanan untuk menyatu dengan alam dan menikmati kedamaian sejati.
Taman Nasional Wangchuck Centennial: Bertemu Satwa Liar yang Keren! Selama perjalanan menuju Gangkar Puensum, kamu akan melewati Taman Nasional Wangchuck Centennial, taman nasional terbesar di Bhutan. Di sinilah kamu bisa melihat berbagai satwa liar Himalaya, termasuk macan tutul salju, serigala Himalaya, yak liar, dan takin (hewan nasional Bhutan yang bentuknya mirip perpaduan antara sapi dan kambing).
Kalau beruntung, kamu juga bisa melihat burung langka seperti elang Himalaya atau burung pheasant yang warna-warni. Tapi ingat, kalau ketemu macan tutul salju, jangan coba-coba ngajak selfie! Cukup nikmati kehadiran mereka dari jauh dan bersyukur bisa melihat keindahan satwa liar di habitat aslinya.
Danau-Danau Suci: Tempat Meditasi yang Tenang BangetSelain trekking dan melihat satwa liar, ada satu lagi daya tarik dari Gangkar Puensum: danau-danau suci yang ada di sekitar jalurnya. Salah satu yang paling terkenal adalah Danau Membar Tsho atau “Danau Api yang Menyala”.Danau ini diyakini sebagai tempat di mana Guru Rinpoche, tokoh spiritual Bhutan, menemukan teks suci yang tersembunyi. Airnya yang jernih dan suasana yang damai membuat tempat ini sempurna untuk meditasi atau sekadar duduk santai sambil menikmati keheningan alam. Beberapa wisatawan bahkan mengaku merasa lebih tenang dan damai setelah menghabiskan waktu di sini.
Berinteraksi dengan Penduduk Lokal: Sambutan Hangat dari Orang Bhutan
Perjalanan ke Gangkar Puensum bukan hanya tentang pemandangan indah dan trekking menantang, tetapi juga tentang belajar dari penduduk lokal yang masih menjaga budaya Bhutan dengan kuat.
Sepanjang perjalanan, kamu akan melewati desa-desa kecil yang penduduknya hidup dengan cara yang masih sangat tradisional. Mereka akan dengan ramah menyambut wisatawan, menawarkan teh mentega khas Bhutan, dan bercerita tentang kehidupan mereka di pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk kota.
Kalau kamu beruntung, kamu bisa menyaksikan festival budaya lokal yang penuh dengan tarian, musik, dan ritual keagamaan yang sakral. Penduduk Bhutan percaya bahwa hidup adalah tentang keseimbangan antara spiritualitas dan alam, dan mereka menjalaninya dengan penuh kesederhanaan dan kebahagiaan.Gunung Ini Tidak Bisa Didaki, Tapi Tetap Worth It!
Gangkar Puensum mungkin satu-satunya gunung tertinggi yang masih belum pernah didaki, tetapi justru di situlah daya tariknya. Keindahannya masih alami, spiritualitasnya masih terjaga, dan perjalanan ke sana menawarkan pengalaman yang lebih dari sekadar pendakian.
Dari trekking epik dengan pemandangan Himalaya, bertemu dengan satwa liar yang langka, mengunjungi danau-danau suci, hingga berinteraksi dengan penduduk Bhutan yang ramah, semuanya menjadikan perjalanan ini pengalaman yang benar-benar tak terlupakan.
Jadi, kalau kamu mencari destinasi yang belum banyak terjamah, penuh dengan keindahan alam dan budaya yang autentik, Gangkar Puensum adalah tempat yang wajib ada di bucket list-mu. Siap menjelajahi gunung yang menolak ditaklukkan ini?
